Ada satu hal yang sebelum belajar programming dan AVR kurang saya rasakan.
Saya seorang engineer, dalam pekerjaan sehari-hari bersama-sama tim merancang dalam bentuk konsep
» gambar » hitungan, untuk kemudian mulai dibuatkan prototipenya oleh bagian manufacturing,
dan prototipe tersebut akan kami uji, kalau comply dengan standard yang telah ditentukan dan harganya
sesuai rencana maka produk tersebut mulai dipasarkan.
Rancangan tersebut bukanlah sesuatu yang total baru, umumnya lebih bersifat perubahan atau pengembangan atau cost-down dari sesuatu yang sudah ada, dengan pasar yang sudah ada. Tentu kepuasan akan keberhasilan dalam setiap tahapan perancangan hingga pengujian ada, tapi karena dilakukan dalam satu tim yang besar, serta bukan membuat sesuatu yang totally baru maka kepuasan itu tidak sangat besar.
Dalam perancangan produk AVR, kita biasanya membuat sesuatu yang memang kita inginkan sendiri,
dan biasanya dirancang karena kita belum bisa membuatnya, sehingga harus belajar terlebih dahulu.
Proses belajarnya terkadang panjang dan tidak sederhana. Saat produknya selesai, meskipun menurut
orang lain produk tersebut sederhana, kepuasannya sering kali luar biasa hingga joget sendiri.
Hal yang lebih penting lagi adalah, kita bisa merasakan betapa mencipta itu sulit sekali, padahal 'ciptaan' kita tersebut teramat sangat ringan kalau dibandingkan penciptaan oleh Tuhan yang paling sederhanapun. Kita kemudian bisa merasakankan dan harus mengakui betapa Maha Kreatifnya Beliau, betapa Maha Pintarnya Dia, betapa Maha Canggihnya Dia.